PENDAHULUAN
Kritik
arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu
karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian
mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk
ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran
dari benda yang diamatinya.
Metode-metode
kritik dalam arsitektur dikelompokan menjadi :
·
Kritik Normatif
·
Kritik
Interprektif
·
Kritik
Tipikal
·
Kritik
Impresionis
·
Kritik
Deskriptif
METODE
KRITIK
Dalam
pembahasan ini saya akan menjelaskan salah satu metode kritik arsitektur ,yaitu
kritik terukur
KRITIK TERUKUR
Definisi
Sekumpulan dugaan yang
mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif. Metode kritik
dengan melihat ukuran dan besaran ruang yang digunakan dalam sebuah bangunan
dengan acuan standarisasi dengan bangunan lainnya. dan juga dapat mengacu pada
standarisasi yang telat ditetapkan dalam Data Arsitektur (Neufert Architect’s
Data) dan Time Saver.
Metode
Hakikat metode kritik
terukur, kritik pengukuran menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil
berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum
matematika tertentu. Norma pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih
kuantitatif. Hal ini sebagai bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.
Pengolahan melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru
tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi. Bilangan atau
standar pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan
pelaksanaannya.
Standardisasi
pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa : Ukuran batas minimum atau
maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisi-kondisi yang dikehendaki
contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan
menjelaskan beberapa standar normatif : Batas maksimal ketinggian bangunan,
sempadan bangunan, Luas terbangun, ketinggian pagar yang diijinkan.
Ada kalanya standar
dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena
masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma contoh :
Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di
dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi
harga-harga.
Norma atau standar yang
digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada ukuran minimum/maksimum,
kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu
sendiri.
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut: Tujuan Teknis (Technical Goals) Tujuan Fungsi (Functional Goals) Tujuan Perilaku (Behavioural Goals).
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut: Tujuan Teknis (Technical Goals) Tujuan Fungsi (Functional Goals) Tujuan Perilaku (Behavioural Goals).
Tujuan Teknis Metode
Kritik Terukur
Kesuksesan bangunan
dipandang dari segi standarisasi ukurannya secara teknis contoh : Sekolah,
dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu
dilakukan adalah :
1. Stabilitas Struktur
• Daya tahan terhadap beban struktur
• Daya tahan terhadap benturan
• Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
• Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar system
• Daya tahan terhadap beban struktur
• Daya tahan terhadap benturan
• Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
• Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar system
2. Ketahanan Permukaan
Secara Fisik
• Ketahanan permukaan
• Daya tahan terhadap gores dan coretan
• Daya serap dan penyempurnaan air
• Ketahanan permukaan
• Daya tahan terhadap gores dan coretan
• Daya serap dan penyempurnaan air
3. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
• Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
• Timbunan debu
• Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
• Timbunan debu
Kelebihan Kritik
Terukur
Metodenya terukur
secara kuantitatif. Memiliki Pertimbangan yang diperlukan dalam tujuan fungsi
metode kritik terukur.
Kekurangan Kritik Terukur
Kegiatan pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruknya hal tersebut, tetapi mengkritik biasanya lebih cenderung dikaitkan dengan hal-hal yang dinilai kurang baik atau buruk.
Kegiatan pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruknya hal tersebut, tetapi mengkritik biasanya lebih cenderung dikaitkan dengan hal-hal yang dinilai kurang baik atau buruk.
HASIL
KRITIK DAN PEMBAHASAN
GREEN SCHOOL A BAMBOO CAMPUS
Film An Inconvenient
Truth ternyata memberi inspirasi pada John Hardy, seorang perancang perhiasan
yang berdomisili di Bali. Dokumenter karya mantan wakil presiden Amerika
Serikat, Al Gore, tentang planet bumi, yang terancam kelangsungan hidupnya, itu
mengubah pola pikirnya. “while I was in jewellery business, I was building many
things. Showrooms, stores, factory.” Ujarnya. Namun tak sekalipun ia mencoba
membangun bangunan bangunan yang green.
Hardy tersadar, ulah manusia yang rakus dalam
mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan dampaknya, menyebabkan terjadi
perubahan iklim dan pemanasan global di bumi. Ia merasa bila apa yang
dilakukannya selama ini bukan bagian dari kerja sama masa depan. Bila
diteruskan, “I would be part of the problem” katanya. Padahal, bukan itu yang
diinginkan dalam mengisi kehidupan. Ia pun banting stir, memutar haluan.
Yang ada di kepalanya kemudian adalah sebuah
bangunan hijau yang terbangun dari bahan-bahan yang terbarukan: Green
School. Gagasannya tentang sebuah sekolah yang mengusung kehidupan ala
kampung di Indonesia, itu ternyata mendapat dukungan dari masyarakat
internasional. Tercatat illusionis internasional David Copperfield dan desainer
dunia Donna Karan dari New York, berpartisipasi dalam program donasi sekolah untuk
205 muridnya berasal dari Indonesia dan bersekolah gratis. Akhirnya pada tahun
2008 berdirilah sekolah internasional Green School, di atas lahan hutan 8
hektar, di kawasan Sibang Kaja, Bali.
DATA PROJEK
Project Name : Green School
Developer : PT. Bambu
Bambu: Banjar Piakan, Sibang Kaja,Abiansemal,
Badung,Bali,Indonesia,80352.
Architecture
Consultant : PT. Bambu Bambu
Principal Architec :
Aldo Landwehr
Interior Consultant :
PT. Bambu Bambu
Landscape Consultan : PT. Bambu Bambu
Lighting Consultant : PT. Bambu Bambu
Structural Consultant : Civil Engineering Gadjah
Mada University
ME Consultant : PT. Bambu Bambu
Main Contractor :
PT. Bambu Bambu
Building Area : ±4500 m2
Site Area : ±4.55 HA
Design Phase : June 2007-May 2008
Construction Phase : July 2007-August 2008
Launching : September 1st,
2008
Memasuki kompleks
sekolahan yang asri, hutan desa yang yang rimbun dengan pepohonan, menyambut.
Namun untuk sampai di bangunan sekolah, seluruh murid harus melalui Jembatan
Minang yang melintasi sungai Ayung. Dinamakan Jembatan Minang karena atap
jembatan ini mengadaptasi atap rumah adat Minangkabau. Konstruksi jembatan ini
seluruhnya terbuat dari bambu.
Jembatan Minang yang Menghubungkan Daerah
Sekolah dan Area Masuk di Atas sungai Ayung
Daerah
di sisi seberang Jembatan Minang, merupakan kawasan utama sekolah. Di situ
terdapat sawah milik sekolah dimana siwsa dan guru sering menanam padi bersama.
Namun area belajar yang sesungguhnya baru ditemui setelah perjalanan melewati
jalan setapak yang menanjak yaitu kelas-kelas tanpa dinding atau pun kaca,
terlihat. Desain yang terbuka tersebut membuat para siswa yang sedang belajar
merasakan desiran angin serta mendengar suara-suara alam seperti: kicauan
burung,suara pepohonan yang bergesek, dan aliran air di sungai.
Sementara
itu di level tertinggi dari kawasan, terdapat sebuah lapangan besar, sarana
olahraga out door sekolah dan sebuah gymnasium. Terdapat pula sebuah bangunan
dnegan tiga level: Heart of School (HOS). Ini adalah
bangunan utama sekolah yang berfungsi sebagai tempat administrasi, ruang guru,
ruang kepala sekolah, serta ruang-ruang penunjang lain seperti galeri seni
kriya anak, ruang komputer dan lainnya.
Di level bawah, kita bisa melihat pilar-pilar
bambu, menopang lantai-lantai di atasnya dalam susunan yang unik. Bila selama
ini batang-batang bambu lekat dengan bangunan kotak dan sederhana, tidak
demikian dengan bangunan Green School. Hampir semua bangunan yang ada di sini
di desain melengkung. “There is no straightlines in nature.” Jelas Marny, salah
satu senior architect PT. Bambu Bambu yang terlibat di proyek Green School ini.
Sementara John hardy percaya bentuk kotak dan
garis yang terlalu tegas akan mengurangi kreativitas yang dibutuhkan anak-anak
selama belajar. Maka hasilnya adalah kelas-kelas berbentuk busur dengan
bambu-bambu yang diikat secara melengkung sebagai penopang utama bangunan.
Batang-batang bambu itu kemudian disambung dengan rangkaian bambu lainnya
membentuk atap dengan ilalang di atasnya.
Hampir semua elemen bangunan Green School
menggunakan material bambu, di antaranya pada: tiang, rangk atap, tangga,
lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu disambung dengan sistem pin dan baut.
Namun tidak hanya konstruksi bangunan saja yang menggunakan bambu. Railing atau
pagar pembatas, hingga furniture seperti kursi dan meja belajar pun dibuat dari
bambu.
Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh.
Hanya dalam jangka 4-5 tahun ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara
pohon lain membutuhkan waktu 25 tahun. Dengan demikian, termasuk material
yang ramah lingkungan karena mudah dan cepat diperbaharui.
Kelas-kelas di Heart of School didesain
sebagai bangunan dengan sistem yang terbuka. Artinya, angin dan cahaya matahari
dapat masuk dengan maksimal ke dalam bangunan. Itu masih ditambah dengan sebuah skylight yang melingkar di puncak
atap, sebagai sumber pencahayaan alami bagi ruang-ruang di bawahnya. Fasilitas
lain di sekolah ini adalah Green Waroeng, yaitu kantin yang menjual makanan
hasil olahan kebun di sekitar Green School.
Green School memang sebuah sekolah dengan
konsep kembali ke alam. Namun upaya untuk bersahabat dengan lingkungan tak
hanya diterapkan pada konteks fisika bangunan, pilihan material atau membiarkan
pepohonan di sekitarnya tumbuh. Utilitas bangunan seperti listrik pun,
direncanakan dengan sistem tersendiri, yaitu turbin yang digerakkan oleh air,
yang dinamakan Vortex. Sedangkan penyediaan air bersih berasal dari sungai yang
berada sekitar 40 m di bawah tanah, masih di dalam kawasan.
.
Sistem pembuangan air dari kamar mandi juga dibuat berbeda . Setiap toilet, baik untuk laki-laki maupun perempuan, memiliki dua sistem. Buang air kecil kloset, ditampung dan digunakan untuk menyiram bambu untuk digunakan sebagai pupuk tanaman nantinya.
Sistem pembuangan air dari kamar mandi juga dibuat berbeda . Setiap toilet, baik untuk laki-laki maupun perempuan, memiliki dua sistem. Buang air kecil kloset, ditampung dan digunakan untuk menyiram bambu untuk digunakan sebagai pupuk tanaman nantinya.
Kawasan yang didesain tidak mencemari
lingkungan ini diharapkan akan menghasilkan anak-anak yang selalu berfikir ‘green’ karena
terbiasa dengan lingkungan yang asri.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode
terukur, dapat disimpulkan bahwa bangunan Green School A Bamboo Campus
merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang secara mendetail.
Perencanaan konsep bangunan, penggunaan bahan material untuk struktur,
interior, bahkan estetika yang sangat detail dan bersahabat dengan lingkungan,
memberikan dampak dan kesan yang baik dan nyaman di dalam penggunaan tiap ruang
dan area di dalam kawasannya. Peletakkan ruang-ruang, fasilitas, dan desain
bentuk bangunan yang menerapkan pola dan struktur Biomorfik , mengikuti kontur
lahan, dan memanfaatkan lingkungan semaksimalnya namun tidak merusak atau
menghilangkan keaslian yang telah ada membuat Green School sebagai kawasan yang
meminimalkan dampak negatif bagi alam dan memaksimalkan fungsi lingkungan,
namun modern dan kaya akan teknologi.