ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI dan KEMISKINAN
A. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti
setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu
psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup
pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya
matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai
untuk menjadi perawat.
Sikap Ilmiah
Scientist atau Sikap ilmiah dimana ilmuwan
mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi, eksperimentasi dan analisis
yang rasional. Ia menggunakan sikap-sikap tertentu (Scientific attitudes).
Sikap-sikap tersebut antara lain :
1. Jujur
Seorang ilmuwan wajib melaporakan hasil pengamatan secara objektif. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja ia tidak jujur dari manusia lain, tetapi dalam hal penelitian ia harus sejujur-jujurnya dalam melaporkan penelitiannya.
2. Terbuka
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima/ menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
3. Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau mungkin saja pendapatnya bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.
4. Skeptis
Ilmuwan dalam mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia akan bersikap kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.
1. Jujur
Seorang ilmuwan wajib melaporakan hasil pengamatan secara objektif. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja ia tidak jujur dari manusia lain, tetapi dalam hal penelitian ia harus sejujur-jujurnya dalam melaporkan penelitiannya.
2. Terbuka
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima/ menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.
3. Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau mungkin saja pendapatnya bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.
4. Skeptis
Ilmuwan dalam mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia akan bersikap kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.
5. Optimis
Seorang ilmuwa selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi akan mengatakan “ Berikan saya kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “.
6. Pemberani
Ilmuwan sebagai pencari kebenaran harus berani melawan semua kesalahan, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
7. Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya harus selalu kreatif agar terlihat lebih menarik.
Seorang ilmuwa selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi akan mengatakan “ Berikan saya kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “.
6. Pemberani
Ilmuwan sebagai pencari kebenaran harus berani melawan semua kesalahan, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
7. Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya harus selalu kreatif agar terlihat lebih menarik.
B.TEKNOLOGI
Teknologi merupakan satu konsep yang luas
dan mempunyai lebih daripada satu takrifan. Takrifan yang pertama ialah
pembangunan dan penggunaan alatan, mesin, bahan dan proses untuk menyelesaikan
masalah manusia.
Istilah teknologi selalunya berkait rapat
dengan rekaan dan gadget menggunakan prinsip sains dan proses terkini. Namun,
rekaan lama seperti tayar masih menunjukkan teknologi.
Maksud yang kedua digunakan dalam bidang
ekonomi, yang mana teknologi dilihat sebagai tahap pengetahuan semasa dalam
menggabungkan sumber bagi menghasilkan produk yang dikehendaki. Oleh itu,
teknologi akan berubah apabila pengetahuan teknikal kita berubah.
Takrifan teknologi yang diguna pakai di
sekolah-sekolah dan institusi-insitusi pengajian tinggi di Malaysia ialah
aplikasi pengetahuan sains yang boleh memanfaatkan serta menyelesaikan masalah
manusia yang dihadapi dalam kehidupan seharian.
Ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat
:
- Rasionalitas, artinya tidakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
- Artifisialitas, artiya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
- Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi da rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
- Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
- Monisme artiya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
- Universalisme. artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
- Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
Hubungan Ilmu dengan Nilai Hidup
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
dimensi etis sebagai pertimbangan dan mempunyai pengaruh terhadap proses
perkembangan lebih lanjut ilmu dan teknologi. Tanggung jawab etis merupakan
sesuatu yang menyangkut kegiatan keilmuan maupun penggunaan ilmu, yang berarti
dalam pengembangannya harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bersifat universal, bertanggungjawab pada kepentingan
umum, dan kepentingan generasi mendatang.
Tanggung jawab ilmu menyangkut juga
hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu dimasa lalu, sekarang maupun
akibatnya di masa mendatang, berdasarkan keputusan bebas manusia dalam
kegiatannya. Penemuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu
aturan nilai-nilai hidup baik alam maupun manusia. Hal ini tentu menuntut
tanggung jawab untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan dalam perubahan
tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu itu
sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut
upaya penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan manusia, melainkan harus
menyadari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan untuk memperkokoh
kedudukan serta martabat manusia seharusnya, baik dalam hubungannya sebagai
pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang
bertanggung jawab terhadap Khaliknya.
Jadi perkembangan ilmu akan mempengaruhi
nili-nilai kehidupan manusia tergantung dari manusianya itu sendiri, karena
ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya.
Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti yang
sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar
manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
Mengapa Ilmu Tidak Dapat Terpisahkan
dengan Nilai-nilai Hidup
Ilmu dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya
proses yang tidak terpisahkan dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup.
Walaupun ada anggapan bahwa ilmu harus bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan
ilmiah selalu didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Anggapan itu menyatakan
bahwa ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri, yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh
campur tangan politis, ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha
ilmiah agar otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan
ilmu.
Pada kenyataannya, ilmu bebas nilai dan
harus menjadi nilai yang relevan, dan dalam aktifitasnya terpengaruh oleh
kepentingan tertentu. Nilai-nilai hidup harus diimplikasikan oleh bagian-bagian
praktis ilmu jika praktiknya mengandung tujuan yang rasional. Dapat dipahami
bahwa mengingat di satu pihak objektifitas merupakan ciri mutlak ilmu, sedang
dilain pihak subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang
ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
Setiap kegiatan teoritis ilmu yang
melibatkan pola subjek-subjek selalu mengandung kepentingan tertentu.
Kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan yang merupakan
kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa yang merupakan kepentingan ilmu
sejarah dan hermeneutika, dan otoritas yang merupakan kepentingan ilmu sosial.
Dengan bahasan diatas menjawab pertanyaan
mengapa ilmu tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai hidup. Ditegaskan pula
bahwa dalam mempelajari ilmu seperti halnya filsafat, ada tiga pendekatan yang
berkaitan dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup manusia, yaitu:
1. Pendekatan Ontologis
Ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis
mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu
membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam
jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau
nilai-nilai hidup, maka dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan
tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan
martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.
2. Pendekatan Epistemologi
Epistemologis adalah cabang filsafat yang
membahas tentang asal mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau
kebenaran pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi
mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya pengetahuan yang berupa
ilmu.
Dalam kaitannya dengan moral atau
nilai-nilai hidup manusia, dalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah
harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh
kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang
berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap
hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
3. Pendekatan Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi
mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada
dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia.
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam
meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat
manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh
dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti ilmu
merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak
memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak
mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.
C. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering
dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan
dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk,
sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984).
Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial,
yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau
kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan
hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu
diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara umum dan
universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga
tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh
teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat
meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu diatas, berbeda dengan
istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah
(epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode ilmiah (èkegiatan meyusun
tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan
verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya
disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau
deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah
pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat
dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense)
yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para
Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki 3
(tiga) komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya
erat kaitannya dengan nilai moral yaitu:
1. Ontologis (Objek Formal
Pengetahuan)
Ontologis dapat diartikan hakikat apa yang
dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek
penelaahannya
2. Epistemologis
Epistemologis seperti diuraikan diatas
hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun
menjadi tubuh pengetahuan.
3. Aksiologis
Aksiologis adalah asas menggunakan ilmu
pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai
moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini
sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1. Golongan yang menyatakan ilmu dan
teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis
maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri,
apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk. Golongan ini berasumsi bahwa
kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan
lainnya dikorbankan demi teknologi.
2. Golongan yang menyatakan bahwa
ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik
keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada
asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah
mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan golongan kedua yang
patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan
“pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
D. KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Ciri Kemiskinan
Apabila kita amati, mereka yang hidup
dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
- Mereka umumnya tidak mempunyai factor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.
- Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
- Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD atau SLTP. Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar.
- Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan
- Kebanyakan dari mereka yang hidup di kota, masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan yang mumpuni dan pendidikan yang layak untuk bersaing di kota. Sehingga banyak dari mereka bekerja sebagai buruh kasar, pedagang musiman, tukang becak, pembantu rumah tangga. Beberapa dari mereka bahkan jadi pengangguran atau gelandangan.
Fungsi-fungsi Orang Miskin
Pertama : adalah menyediakan tenaga kerja untuk
pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi di bayar murah.
Kedua : kemiskinan adalah menambah atau
memperpanjang nilai guna barang atau jasa. Baju bekas yang sudah tidak terpakai
dapat di jual ( atau dengan bangga di katakan ” di infakan ”)kepada orang-orang
miskin.
Ketiga : kemiskinan adalah mensubsidi
berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai
kecil, karena di bayar murah, petani tidak boleh menaikan harga beras mereka
untuk mensubsidi orang-orang kota.
Kempat : kemiskinan adalah menyediakan
lapangan kerja,bagaimana mungkin orang miskin memberikan lapangan kerja ?
karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit ( barang atau uang )
aktivis-aktivis LSM ( yang menyalurkan dana dari badan-badan internasional
lewat para aktivis yang belum mendapatkan pekerjaan kantor ) belakangan kita
tahu bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh negara ketiga di
pasaran internasional selain kemiskinan.
Kelima : kemiskinan adalah memperteguh
status sosial orang-orang kaya, perhatikan jasa orang miskin pada perilaku
orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos
kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah
inem-inem mengurus rumah tangganya.
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Presiden SBY dengan penuh bangga
memberitahu delegasi forum Rio+20 di Brazil bahwa Pemerintah RI berhasil menurunkan
angka kemiskinan dari 24% di tahun 1998 menjadi hanya
12.5% pada tahun ini.
Statistiknya jelas, tidak ada yang keliru.
Sumber datanya adalah Global Hunger Index (GHI) yang menjadi acuan dunia internasional untuk mengukur jumlah
penduduk miskin suatu negara.
Tapi kalau kita fokuskan ke rentang tahun
2004-2012, yaitu periode ketika SBY menjadi presiden, ada sesuatu yang kurang
beres.
Jumlah penduduk miskin Indonesia di tahun
2003, setahun sebelum SBY didapuk menjadi presiden, adalah 12,47 persen.
Datanya bisa diklik disini (hal. 98).
Setelah 8 tahun di bawah pemerintahan SBY,
angka kemiskinan tetap berada di angka 12.5 persen, ini artinya apa Bapak
Presiden SBY yang mulia?
Di tahun 2009 angka kemiskinan Indonesia
justru sempat melonjak ke angka 14.8 persen (data klik disini). Bisa dimaklumi, mungkin akibat krisis ekonomi global tahun 2008.
Tetapi di tahun-tahun pemerintahan SBY
angka kemiskinan memang berada di sekitar angka 12 persen dengan sedikit
plus-minus. Tahun 2007 turun seupil menjadi 11.57 persen (data disini), tahun 2008 turun lumayan ke angka 11.3 persen (data disini), tahun 2010 melompat ke angka 13.2 persen (data disini), dan tahun 2011 turun ke angka 12.2 persen (data disini).
Kalau dirata-rata, angka kemiskinan kita
selama 7 tahun sekitar 12%, tak beda jauh dengan ketika Megawati masih menjadi
presiden.
Dan untuk pengetahuan anda, 12 persen
jumlah penduduk miskin termasuk kategori SERIUS dalam standar Global
Hunger Index.
Mungkin sudah saatnya Pak SBY lebih
menseriusi upaya pengentasan kemiskinan ketimbang pusing memikirkan
pendongkelan Anas Urbaningrum.
source:
http://www.google.co.id/imgres?q=KEMISKINAN&hl=id&tbo=d&sig=104061008512194323576&biw=1366&bih=664&tbm=isch&tbnid=OeF5dPV3OoaOZM:&imgrefurl=http://bangkaselatankab.bps.go.id/%3Fcat%3D13&docid=FdjUK4utjMrHlM&imgurl=http://bangkaselatankab.bps.go.id/wp-content/uploads/2012/07/kemiskinan.jpg&w=917&h=695&ei=hI2xUMX0C5GGrAfOt4DQBw&zoom=1&iact=hc&vpx=738&vpy=157&dur=1457&hovh=195&hovw=258&tx=121&ty=156&page=2&tbnh=144&tbnw=181&start=19&ndsp=26&ved=1t:429,r:23,s:0,i:157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar